Selamat Hari Raya Saraswati

Hari Saraswati merupakan hari turunnya Ilmu Pengetahuan. Saraswati adalah nama dewi, Sakti Dewa Brahma (dalam konteks ini, sakti berarti istri). Dewi Saraswati diyakini sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi-Nya sebagai dewi ilmu pengetahuan.

SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN LAN KUNINGAN

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan kepada Seluruh Umat Hindu. Semoga Dharma selalu ditegakan

I Love Hindu

Moksartam Jagadhita Yaca Iti Dharma

Dewa Brahma

Brahma adalah dewa yang menduduki tempat pertama dalam susunan dewa-dewa Trimūrti, sebagai dewa pencipta alam semesta.

Dewa Wisnu

Wisnu adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).

Dewa Siwa

Dewa Siwa (Çiwa / Shiva) adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur, melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga segala ciptaan Tuhan tersebut harus dikembalikan kepada asalnya (Tuhan).

Masa Menuntut Ilmu

Beginilah masa menuntut ilmu gak boleh ngeluh, nyerah, tetap semangat, terus berjuang sampai dapetin apa yang di impikan

Kamis, 02 Februari 2012

Dewa Siwa


Siwa (bahasa Sansekerta: शिव atau श्रीशिव, Śiva), atau kadangkala ditulis Shiva, menurut ejaan bahasa Inggris, adalah salah satu Dewa Utama, Trimurti dalam agama Hindu yang berjumlah tiga. Kedua dewa lainnya adalah Brahma dan Wisnu.

Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa (Çiwa / Shiva) adalah manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur, melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga segala ciptaan Tuhan tersebut harus dikembalikan kepada asalnya (Tuhan).

Dalam keyakinan umat Hindu (khususnya Hindu India), Dewa Çiwa memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan karakternya, yakni:

-bertangan empat, masing-masing membawa: trisula, cemara, tasbih/genitri, kendi
-bermata tiga (tri netra)
-pada hiasan kepalanya terdapat ardha chandra (bulan sabit)
-ikat pinggang dari kulit harimau
-hiasan di leher dari ular kobra
-kendaraannya lembu nandini


Orang bijaksana memberinya gelar Dewa angin dan Dewa cinta kasih. Beliau tampak sebagai Dewa yang memancarkan kasih sayang kepada makhluk hidup. Sebaliknya bagi orang yang hidupnya penuh dosa, Beliau tampak sebagai Dewa yang menyeramkan, matanya melotot dan memegang banyak senjata, seolah-olah hendak membinasakan apapun yang ada di hadapannya.

Dewa Siwa memiliki sakti Dewi Uma dan Durgha. Dewi Uma merupakan Dewi yang tampak sangat cantik dan lemah lembut sedangkan Dewi Durgha merupakan Dewi kematian yang tampak menyeramkan, mata melotot dan tangannya penuh senjata.

Di Bali, beliau dipuja di Pura Dalem, sebagai Dewa yang mengembalikan manusia ke unsurnya, menjadi Panca Maha Bhuta.

Dalam pengider Dewata Nawa Sanga, Dewa Siwa menempati arah tengah dengan warna panca warna. Beliau bersenjata padma dan mengendarai lembu nandini. Aksara sucinya I dan Ya. Dipuja di Pura Besakih.

Dalam tradisi Indonesia, kadangkala Siwa disebut Batara Guru.


Menurut cerita-cerita keagamaan yang terdapat dalam kitab-kitab suci umat Hindu, Dewa Siwa memiliki putera-putera yang lahir dengan sengaja ataupun tidak disengaja. Beberapa putera Dewa Siwa tersebut yakni:

Dewa Kumara (Kartikeya)
Dewa Kala
Dewa Ganesa


Dewa Kumara (Kartikeya)

Kartikeya (Sansekerta: कार्तिकेय, Kārtikeya) (Tamil: முருகன்) (disebut juga Murugan dan Kumara) adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dia juga dikenal dengan berbagai nama, seperti misalnya Murugan, Kumara, Shanmukha, Skanda dan Subramanian. Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil.

Murugan digambarkan sebagai Dewa berparas muda, mengendarai burung merak dan bersenjata busur-panah. Mitologi Hindu mengatakan bahwa ia adalah putera dari Dewa Agni karena disebut Agnibhuh. Satapatha Brahmana menyatakan ia sebagai putra dari Rudra dan ia merupakan wujud kesembilan dari Agni. Beberapa legenda menyebutkan bahwa ia adalah putra Dewa Siwa.

Kartikeya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ganesha dan Dewi Parwati.


Dewa Kala

Kala dari bahasa Sansekerta bisa berarti:
-waktu
-Batara Kala - dewa maut dan personifikasi waktu dalam agama Hindu
-nama singkat sebuah hewan, kalajengking
-rasi, gugusan bintang
-jenis sutra


Dewa Ganesha
Ganesha (Sansekerta: गणेश) adalah dewa ilmu pengetahuan. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra Batara Guru (Siwa). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan manusia. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.

Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya. Dalam ukiran-ukiran di candi, patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan:

-berkepala gajah
-bertangan empat
-berbadan gemuk
-menunggangi tikus

Bermuka gajah melambangkan Dewa Ganesha sebagai perintang segala kesulitan, bagaikan gajah merintangi musuhnya dengan gading yang tajam dan belalai yang panjang. Bertangan empat melambangkan filsafat “empat jalan menuju kebahagiaan”. Berbadan gemuk sebagai lambang orang berbadan besar yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Dewa Ganesha menunggangi tikus sebab tikus melambangkan keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal, maka dari itu Ganesha berusaha merintangi segala kesulitannya.

Kenapa Beliau berkepala gajah
Dalam kitab Siwa Purana dikisahkan, suatu ketika Dewi Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ganesa. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan Ganesa dengan baik.

Alkisah Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, namun Beliau tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Ganesa melarangnya karena ia melaksanakan perintah Dewi Parwati. Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami dewi Parwati dan rumah yang dijaga ganesa adalah rumahnya juga. Namun Ganesa tidak mau mendengarkan perintah Dewa Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.

Akhirnya Dewa Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesa. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesa.

Ketika dewi Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.

Atas saran Dewa Brahma, Beliau mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa.

Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa keselamatan. Menyelamatkan seseorang sebelum ia memulai pekerjaanya, dengan memuja-muja Beliau.

Dewa Wisnu


Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu adalah Dewa yang bergelar sebagai
shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan
Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa
yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu
dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan
tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.
Etimologi
Penjelasan tradisional menyatakan bahwa kata Vi u berasal dari Bahasa Sanskerta, akar
katanya vis, (yang berarti "menempati", "memasuki", juga berarti "mengisi" — menurut
Regweda), dan mendapat akhiran nu. Kata Wisnu kira-kira diartikan: "Sesuatu yang menempati
segalanya". Pengamat Weda, Yaska, dalam kitab Nirukta, mendefinisikan Wisnu sebagai vishnu
vishateh ("sesuatu yang memasuki segalanya"), dan yad vishito bhavati tad vishnurbhavati (yang
mana sesuatu yang tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu).
Adi Shankara dalam pendapatnya tentang Wisnu Sahasranama, mengambil kesimpulan dari akar
kata tersebut, dan mengartikannya: "yang hadir dimana pun" ("sebagaimana Ia menempati
segalanya, vevesti, maka Ia disebut Visnu"). Adi Shankara menyatakan: "kekuatan dari Yang
Mahakuasa telah memasuki seluruh alam semesta." Akar kata Vis berarti 'masuk ke dalam.'
Mengenai akhiran –nu, Manfred Mayrhofer berpendapat bahwa bunyinya mirip dengan kata
jisnu' ("kejayaan"). Mayrhofer juga berpendapat kata tersebut merujuk pada sebuah kata Indo-
Iranian *višnu, dan kini telah digantikan dengan kata rašnu dalam kepercayaan Zoroaster di Iran.
Akar kata vis juga dihubungkan dengan visva ("segala"). Pendapat berbeda-beda mengenai
penggalan suku kata "Wisnu" misalnya: vi-snu ("mematahkan punggung"), vi-s-nu
("memandang ke segala penjuru") dan vis-nu ("aktif"). Penggalan suku kata dan arti yang
berbeda-beda terjadi karena kata Wisnu dianggap tidak memiliki suku kata yang konsisten.
Wisnu dalam susastra Hindu
Susastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam kitab
Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, yang
membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat
dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai
salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di
tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang
lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia
yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.
Dalam kitab Purana, Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti
misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihasa (wiracarita Hindu). Dalam penitisannya
tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.
Dalam kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok sebagai
Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula
Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu, kemudian ia menampakkan wujud
semestanya kepada Arjuna.
Wujud Dewa Wisnu
Dalam Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu dilukiskan sebagai dewa
yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan empat, masing-masing memegang: gada,
lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling identik dengan Wisnu adalah senjata cakra dan kulitnya
yang berwarna biru gelap. Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang
berbeda-beda atau memiliki aspek-aspek tertentu.
Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan:
* Jñana: mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
* Aishvarya: maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
* Shakti: memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin
* Bala: maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
* Virya: kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk
* Tèjas: memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk
Beberapa sarjana Waisnawa meyakini bahwa masih banyak kekuatan Wisnu yang lain dan
jumlahnya tak terhitung, namun yang paling penting untuk diketahui hanyalah enam.
Penggambaran
Dalam Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada dimana-mana. Untuk memudahkan
penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai dengan
karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan, dan arca. Dewa Wisnu
digambarkan sebagai berikut:
* Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan
segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
* Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan
yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
* Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
* Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
* Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
* Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
* Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam
penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan
kesakitan.
* Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni:
* Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama "Panchajanya", dipegang oleh tangan kiri atas,
simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam
agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
* Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama "Sudarshana", dipegang oleh tangan
kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti pandangan yang baik.
* Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan
individual.
* Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang
memunculkan alam semesta.
Tiga wujud
Dalam ajaran filsafat Waisnawa (terutama di India), Wisnu disebutkan memiliki tiga aspek atau
perwujudan lain. Ketiga wujud tersebut yaitu: Karanodakasayi Vishnu atau Maha Vishnu;
Garbhodakasayi Vishnu; dan Ksirodakasayi Vishnu. Menurut Bhagawadgita, ketiga aspek
tersebut disebut "Purusa Avatara", yaitu penjelmaan Wisnu yang mempengaruhi penciptaan dan
peleburan alam material. Karanodakasayi Vishnu (Maha Vishnu) dinyatakan sebagai Wisnu
yang berbaring dalam "lautan penyebab" dan Beliau menghembuskan banyak alam semesta (galaksi?) yang jumlahnya tak dapat dihitung; Garbhodakasayi Vishnu dinyatakan sebagai Wisnu
yang masuk ke dalam setiap alam semesta dan menciptakan aneka rupa; K irodakasayi Vishnu
(Roh utama) dinyatakan sebagai Wisnu masuk ke dalam setiap makhluk dan ke dalam setiap
atom.
Lima wujud
Dalam ajaran di asrama Waisnawa di India, Wisnu diasumsikan memiliki lima wujud, yaitu:
* Para. Para merupakan wujud tertinggi dari Dewa Wisnu yang hanya bisa ditemui di Sri
Waikunta, juga disebut Moksha, bersama dengan pasangannya — Dewi Lakshmi, Bhuma Dewi
dan Nila Di sana Ia dikelilingi oleh roh-roh suci dan jiwa yang bebas.
* Vyuha. Dalam wujud Vyuha, Dewa Wisnu terbagi menjadi empat wujud yang mengatur empat
fungsi semesta yang berbeda, serta mengontrol segala aktivitas makhluk hidup.
* Vibhava. Dalam wujud Vibhava, Wisnu diasumsikan memiliki penjelmaan yang berbeda-beda,
atau lebih dikenal dengan sebutan Awatara, yang mana bertugas untuk membasmi kejahatan dan
menegakkan keadilan di muka bumi.
* Antaryami. Antaryami atau “Sukma Vasudeva” adalah wujud Dewa Wisnu yang berada pada
setiap hati makhluk hidup.
* Arcavatara. Arcavatara merupakan manifestasi Wisnu dalam imajinasi, yang digunakan oleh
seseorang agar lebih mudah memujanya sebab pikirannya tidak mampu mencapai wujud Para,
Vyuha, Vibhava, dan Antaryami dari Wisnu.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More