Kamis, 02 Februari 2012

Dewa Wisnu


Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu adalah Dewa yang bergelar sebagai
shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan
Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa
yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu
dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan
tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.
Etimologi
Penjelasan tradisional menyatakan bahwa kata Vi u berasal dari Bahasa Sanskerta, akar
katanya vis, (yang berarti "menempati", "memasuki", juga berarti "mengisi" — menurut
Regweda), dan mendapat akhiran nu. Kata Wisnu kira-kira diartikan: "Sesuatu yang menempati
segalanya". Pengamat Weda, Yaska, dalam kitab Nirukta, mendefinisikan Wisnu sebagai vishnu
vishateh ("sesuatu yang memasuki segalanya"), dan yad vishito bhavati tad vishnurbhavati (yang
mana sesuatu yang tidak terikat dari belenggu itu adalah Wisnu).
Adi Shankara dalam pendapatnya tentang Wisnu Sahasranama, mengambil kesimpulan dari akar
kata tersebut, dan mengartikannya: "yang hadir dimana pun" ("sebagaimana Ia menempati
segalanya, vevesti, maka Ia disebut Visnu"). Adi Shankara menyatakan: "kekuatan dari Yang
Mahakuasa telah memasuki seluruh alam semesta." Akar kata Vis berarti 'masuk ke dalam.'
Mengenai akhiran –nu, Manfred Mayrhofer berpendapat bahwa bunyinya mirip dengan kata
jisnu' ("kejayaan"). Mayrhofer juga berpendapat kata tersebut merujuk pada sebuah kata Indo-
Iranian *višnu, dan kini telah digantikan dengan kata rašnu dalam kepercayaan Zoroaster di Iran.
Akar kata vis juga dihubungkan dengan visva ("segala"). Pendapat berbeda-beda mengenai
penggalan suku kata "Wisnu" misalnya: vi-snu ("mematahkan punggung"), vi-s-nu
("memandang ke segala penjuru") dan vis-nu ("aktif"). Penggalan suku kata dan arti yang
berbeda-beda terjadi karena kata Wisnu dianggap tidak memiliki suku kata yang konsisten.
Wisnu dalam susastra Hindu
Susastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam kitab
Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, yang
membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat
dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai
salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di
tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang
lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia
yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.
Dalam kitab Purana, Wisnu sering muncul dan menjelma sebagai seorang Awatara, seperti
misalnya Rama dan Kresna, yang muncul dalam Itihasa (wiracarita Hindu). Dalam penitisannya
tersebut, Wisnu berperan sebagai manusia unggul.
Dalam kitab Bhagawadgita, Wisnu menjabarkan ajaran agama dengan mengambil sosok sebagai
Sri Kresna, kusir kereta Arjuna, menjelang perang di Kurukshetra berlangsung. Pada saat itu pula
Sri Kresna menampakkan wujud rohaninya sebagai Wisnu, kemudian ia menampakkan wujud
semestanya kepada Arjuna.
Wujud Dewa Wisnu
Dalam Purana, dan selayaknya penggambaran umum, Dewa Wisnu dilukiskan sebagai dewa
yang berkulit hitam-kebiruan atau biru gelap; berlengan empat, masing-masing memegang: gada,
lotus, sangkala, dan chakra. Yang paling identik dengan Wisnu adalah senjata cakra dan kulitnya
yang berwarna biru gelap. Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu disebutkan memiliki wujud yang
berbeda-beda atau memiliki aspek-aspek tertentu.
Dalam filsafat Waisnawa, Wisnu memiliki enam sifat ketuhanan:
* Jñana: mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta
* Aishvarya: maha kuasa, tak ada yang dapat mengaturnya
* Shakti: memiliki kekuatan untuk membuat yang tak mungkin menjadi mungkin
* Bala: maha kuat, mampu menopang segalanya tanpa merasa lelah
* Virya: kekuatan rohani sebagai roh suci dalam semua makhluk
* Tèjas: memberi cahaya spiritualnya kepada semua makhluk
Beberapa sarjana Waisnawa meyakini bahwa masih banyak kekuatan Wisnu yang lain dan
jumlahnya tak terhitung, namun yang paling penting untuk diketahui hanyalah enam.
Penggambaran
Dalam Purana, Wisnu disebutkan bersifat gaib dan berada dimana-mana. Untuk memudahkan
penghayatan terhadapnya, maka simbol-simbol dan atribut tertentu dipilih sesuai dengan
karakternya, dan diwujudkan dalam bentuk lukisan, pahatan, dan arca. Dewa Wisnu
digambarkan sebagai berikut:
* Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan
segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
* Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan
yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
* Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
* Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
* Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
* Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
* Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam
penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan
kesakitan.
* Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni:
* Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama "Panchajanya", dipegang oleh tangan kiri atas,
simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam
agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
* Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama "Sudarshana", dipegang oleh tangan
kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti pandangan yang baik.
* Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan
individual.
* Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang
memunculkan alam semesta.
Tiga wujud
Dalam ajaran filsafat Waisnawa (terutama di India), Wisnu disebutkan memiliki tiga aspek atau
perwujudan lain. Ketiga wujud tersebut yaitu: Karanodakasayi Vishnu atau Maha Vishnu;
Garbhodakasayi Vishnu; dan Ksirodakasayi Vishnu. Menurut Bhagawadgita, ketiga aspek
tersebut disebut "Purusa Avatara", yaitu penjelmaan Wisnu yang mempengaruhi penciptaan dan
peleburan alam material. Karanodakasayi Vishnu (Maha Vishnu) dinyatakan sebagai Wisnu
yang berbaring dalam "lautan penyebab" dan Beliau menghembuskan banyak alam semesta (galaksi?) yang jumlahnya tak dapat dihitung; Garbhodakasayi Vishnu dinyatakan sebagai Wisnu
yang masuk ke dalam setiap alam semesta dan menciptakan aneka rupa; K irodakasayi Vishnu
(Roh utama) dinyatakan sebagai Wisnu masuk ke dalam setiap makhluk dan ke dalam setiap
atom.
Lima wujud
Dalam ajaran di asrama Waisnawa di India, Wisnu diasumsikan memiliki lima wujud, yaitu:
* Para. Para merupakan wujud tertinggi dari Dewa Wisnu yang hanya bisa ditemui di Sri
Waikunta, juga disebut Moksha, bersama dengan pasangannya — Dewi Lakshmi, Bhuma Dewi
dan Nila Di sana Ia dikelilingi oleh roh-roh suci dan jiwa yang bebas.
* Vyuha. Dalam wujud Vyuha, Dewa Wisnu terbagi menjadi empat wujud yang mengatur empat
fungsi semesta yang berbeda, serta mengontrol segala aktivitas makhluk hidup.
* Vibhava. Dalam wujud Vibhava, Wisnu diasumsikan memiliki penjelmaan yang berbeda-beda,
atau lebih dikenal dengan sebutan Awatara, yang mana bertugas untuk membasmi kejahatan dan
menegakkan keadilan di muka bumi.
* Antaryami. Antaryami atau “Sukma Vasudeva” adalah wujud Dewa Wisnu yang berada pada
setiap hati makhluk hidup.
* Arcavatara. Arcavatara merupakan manifestasi Wisnu dalam imajinasi, yang digunakan oleh
seseorang agar lebih mudah memujanya sebab pikirannya tidak mampu mencapai wujud Para,
Vyuha, Vibhava, dan Antaryami dari Wisnu.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More